- Aku datang ke kebunku, dinda, pengantinku, kukumpulkan mur dan rempah-rempahku; kumakan sarang lebah dan maduku, kuminum susu dan air anggurku.
- Aku tidur, namun hatiku berjaga. Dengarlah, kekasihku mengetuk pintu.
- Bajuku sudah kulepaskan; apakah akan kupakai lagi? Kakiku sudah kubasuh, apakah akan kukotori lagi?
- Berdebar-debar hatiku karena kekasihku memegang gagang pintu.
- Maka bangunlah aku hendak membuka pintu bagi kekasihku. Mur menetes dari tangan dan jari-jariku, membasahi pegangan kancing pintu.
- Kubukakan pintu bagi kekasihku, tetapi ia telah berbalik dan pergi. Aku sangat merindukan suaranya; kucari dia, tapi sia-sia. Kupanggil namanya, tapi ia tak menyahut.
- Aku ditemui para peronda kota; mereka memukul dan melukai aku, selendangku mereka ambil dengan paksa.
- Berjanjilah, hai putri-putri Yerusalem, bila kamu menemukan kekasihku, kabarkanlah kepadanya, bahwa aku sakit asmara.
- Apakah kekasihmu melebihi kekasih-kekasih lain, hai gadis yang paling jelita? Apakah kekasihmu melebihi kekasih-kekasih lain, sehingga engkau menyuruh kami berjanji?
- Kekasihku gagah dan tampan, unggul di antara sepuluh ribu orang.
- Kepalanya seperti emas, emas murni, rambutnya berombak dan hitam, sehitam gagak.
- Matanya bagaikan merpati pada mata air, merpati bermandi susu, duduk di tepi kolam.
- Pipinya seperti kebun rempah yang wangi, bibirnya bunga bakung yang meneteskan mur asli.
- Tangannya elok, bercincin emas dengan permata, tubuhnya bagaikan gading bertatah batu nilam.
- Kakinya seperti tiang-tiang marmer putih, dengan alas emas murni. Perawakannya segagah gunung-gunung di Libanon, dan seanggun pohon aras.
- Teramat manis tutur katanya, segala sesuatu padanya menarik. Begitulah kekasih dan sahabatku, hai putri-putri Yerusalem!
Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) : Kidung Agung : 5